Senin, 01 Agustus 2011

Untuk apa berpuasa ?


Untuk apa berpuasa ?, padahal kita mampu membeli makanan setiap saat, padahal lapar dan dahaga sangat terasa di siang terik seperti saat ini, padahal puasa membuat badan lemas dan mengantuk sehingga produktivitas kerja jadi menurun. Ada beberapa jawaban untuk pertanyaan ini.

1. Karena kita diperintahkan oleh Si Pencipta Diri ini yaitu Allah SWT. Sebagai Pencipta, Dia sangat tahu, sangat mengerti kadar dan kondisi fisik maupun batin kita. Tanpa kita telaah lebih mendalam, bagi orang yang beriman, langsung bergegas memenuhi perintahNya. Tujuan Allah adalah agar kaum beriman meningkat derajatnya menjadi kaum tattaqun (bertaqwa). Bertaqwa dalam arti luas adalah mampu menjaga diri dari hal-hal yang bukan menjadi haknya.

2. Dari sisi ilmu kedokteran: manusia membutuhkan kesehatan yang prima. dr. Husen A. Bajry, M.D., Ph.D. dalam bukunya yang berjudul “Tubuh Anda Adalah Dokter Terbaik” dipaparkan di sana bahwa di zaman modern yang serba instan ini banyak makanan yang disusupi racun kimiawi (seperti zat perasa, pewarna, pengawet). Ada batas toleransi kekuatan tubuh untuk menampung racun itu dari hari ke hari. Cara yang paling ampuh untuk mengeluarkan racun tersebut adalah dengan berpuasa. Dengan berpuasa, memberi kesempatan kepada organ-organ untuk ‘menyerang’ dan mengeluarkan racun dari tubuh karena organ-organ tersebut sedang tidak bekerja memproses makanan sebagaimana biasanya.

Dalam rangka mengeluarkan racun-racun itu dari dalam tubuh, maka biasanya pada awal puasa (10 hari pertama) orang akan merasa sedikit panas badannya, pusing-pusing, atau tidak enak badan, air seni berwarna lebih keruh, dan sebagainya. Inilah saat-saat turunnya Rahmat Allah, Allah sedang menggelontorkan racun-racun dalam tubuh orang yang berpuasa.

Dari sisi batiniah, sering hati ini dikotori oleh niat, ucapan, dan perilaku sehari-hari yang berakibat mengeruhkan kesucian hati yang semula Allah titipkan pada setiap diri manusia. Dengan berpuasa (menjaga niat, lisan, dan perilaku serta beribadah secara ikhlas semata karena Allah SWT), maka penyakit-penyakit yang menyebabkan hati menjadi keras akan dilunturkan oleh Allah SWT, sehingga hati menjadi lembut, penuh rasa sayang, toleransi, tepo seliro, dan empati kepada sesama makhluk Allah. Inilah bukti kasih-sayang (rahmat) Allah kepada orang-orang yang berpuasa.

Pada puasa 10 hari tahap kedua, setelah racun-racun digelontorkan dari tubuh, maka selanjutnya adalah proses peremajaan sel-sel tubuh yang mati bersama keluarnya racun-racun tubuh itu. Sel-sel itu tumbuh kembali menggantikan sel-sel yang mati sehingga tubuh ini akan kembali segar, tampak muda kembali. Dari sisi batiniah, setelah semua penyakit hati dibersihkan, maka hati akan kembali suci lagi. Itulah tanda pengampunan (magfirah) dari Allah.

Pada puasa 10 hari tahap ketiga, setelah sel-sel diremajakan, maka terjadi proses penguatan atau pembentukan imunitas sel agar tidak mudah terserang penyakit. Dalam sisi batiniah, setelah pengampunan telah diberikan Allah, maka kita akan terbebas dari api neraka (idkum minannar).

Apakah seluruh orang berpuasa akan mendapatkan hasil seperti di atas ?

Jawabannya, “belum tentu.” Allah telah mengatakan bahwa: “Sesungguhnya puasa itu adalah untuk-Ku dan Aku yang akan memberi pahalanya,” atau nabi besar Muhammad SAW berkata “Banyak orang berpuasa namun hanya mendapatkan lapar dan dahaga.”

Jadi, ada syarat-syarat puasa agar orang terhindar dari penyakit fisik atau api neraka batin, karena berbeda antara orang berpuasa karena tidak punya makanan, dengan orang yang sengaja berpuasa karena menjalankan perintahNya. Yang satu bisa jadi busung lapar, yang satu bisa jadi sehat.

Jadi, syarat pertama adalah: niat dengan penuh kesadaran (ikhlas), jangan merasa berat apalagi kesal dengan datangnya bulan puasa (harus bergembira menyambut Ramadhan). Syarat kedua berniat akan memperbaiki diri selepas puasa nanti. Ingat ketika ular berpuasa saat berganti kulit yang lebih indah, atau ulat perusak yang berpuasa (pada fase kepompong) untuk menjadi kupu-kupu yang indah dan berguna dalam pembuahan tanaman, dan sebagainya yang menggambarkan orang yang berpuasa harus menjadi orang yang lebih baik dan lebih bermanfaat selepas menjalankan ibadah puasanya.

Syarat ketiga adalah berusaha keras untuk menjadi orang yang bertaqwa, yaitu orang yang sadar dan mengerti akan hak dan tanggung jawabnya sebagai diri pribadi atau khalifah Allah di dunia. Orang yang korupsi maka ia tidak sadar dan tidak mengerti akan haknya, sehingga pantas dikatakan jika orang itu selama ini belum berpuasa dengan benar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar