Senin, 29 Agustus 2011

Renungan Idul Fitri


Maasyiral Muslimin Rahimakumullah

Pada pagi yang indah ini, dengan suasana hati yang lapang, riang, dan dipenuhi dengan gema-gema suara hati dalam takbir, tasbih, tahmid, marilah bersama-sama kita panjatkan puji syukur kita ke hadirat Allah Yang Maha Tinggi, dan bersama-sama pula kita haturkan shalawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW. Pantaslah kita lakukan itu karena hari ini kita telah berhasil melewati ujian yang super dahsyat yaitu ujian menahan hawa nafsu dan membelenggu setan dalam diri kita. Semua itu tentu atas ridho Allah SWT dan atas petunjuk nyata dari Nabi Besar Muhammad SAW.

Islam, adalah agama yang indah, agama yang lengkap, dan agama yang mengedepan-kan nilai-nilai kemanusiaan, nilai-nilai kedamaian, dan nilai-nilai ketenangan jiwa. Seperti bacaan takbir “Allahu Akbar” yang berulang-ulang kita seru ini, adalah wujud nyata bahwa kebesaran hanyalah milik Allah, Tuhan semesta alam. Kita sesama manusia, sama sekali tidak pantas merasa paling hebat atau paling berjasa dari orang lain, kita tidak pantas memiliki sifat sombong.

Dengan menyadari bahwa kita ini sama dan sederajat di mata Allah SWT maka sepantasnyalah kita sama-sama berusaha, sama-sama bekerja untuk mengabdi kepada Allah SWT. Banyak cara mengabdi kepada Allah selama hidup di dunia ini, misalkan dengan member makan orang-orang miskin, menyantuni anak-anak yatim piatu, memelihara lingkungan hidup, meningkatkan ukhuwah Islamiyah, dan masih banyak lagi.

Dengan menyadari bahwa kita ini sama dan sederajat di mata Allah SWT maka sepantasnyalah kita sama-sama mencegah segala bentuk kerusakan di muka bumi Allah ini, seperti membuang sampah di tempat-tempat umum, mengotori atau mencemari sumber-sumber air, mencemari udara, menebang pohon-pohon dengan tidak terkendali, dan masih banyak lagi.

Dengan menyadari bahwa kita ini sama dan sederajat di mata Allah SWT maka sepantasnyalah kita sama-sama berusaha menciptakan lingkungan tempat tinggal kita yang damai, aman, dan sejahtera. Mari kita hindari berbagai bentuk perpecahan, permusuhan, dan kekerasan. Hal itu akan mudah tercapai jika kita memahami prinsip “dia adalah saya, mereka adalah kita” yang artinya, berbuatlah kepada orang lain seperti apa yang ingin kita lakukan untuk diri sendiri.

Maasyiral Muslimin Rahimakumullah

Bacaan dzikir yang kita ucapkan berulang-ulang untuk menenangkan hati kita seperti subhanallah, walhamdulillah, wala ila hailallah, wallahu akbar, akan lebih bermakna tatkala kita wujudkan dalam kehidupan nyata sehari-hari. Perbuatan dan tingkah laku yang kita lakukan dengan baik dan berulang-ulang setiap harinya adalah salah satu bentuk dzikir yang nyata. Hal itu bisa kita lakukan dengan mudah dan murah, bahkan tidak mengeluarkan biaya sepeserpun. Misalkan dengan memberi senyum persahabatan dengan para tetangga, mengucapkan salam kepada orang yang kita jumpai, berjabat tangan dengan muhrimnya, dan hal-hal kecil lainnya jika kita lakukan terus menerus dan berulang-ulang, tidak ubah merupakan dzikir nyata dan lebih bermakna bagi sesama.

Subhanallah, maha suci Allah, maka sucikanlah pikiran dan batin kita agar senantiasa kita dapat berkomunikasi denganNya. Biarkan orang lain menampakkan rasa irinya kepada kita, tapi sebaliknya, kita harus selalu berbuat baik kepadanya. Biarkan orang lain merasa tersaingi oleh keberhasilan-keberhasilan kita, tapi sebaliknya, kita harus selalu berbuat baik kepadanya. Buktikanlah bahwa apa yang kita miliki, dan keberhasilan-keberhasilan yang telah kita capai, semata-mata hanyalah titipan Allah SWT yang akan memberi manfaat kepada orang-orang di sekitar kita. Karena itu, mari kita biasakan untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan kita, baik kebersihan secara fisik maupun secara batin. Kebersihan adalah sebagian dari iman.

Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah, maka hendaklah kita menyemai berbagai bentuk kebaikan yang telah kita terima dari Allah SWT untuk dirasakan oleh orang-orang di sekitar kita. Islam mewajibkan zakat, mengutamakan shadaqah, infaq, dan bentuk-bentuk berbagi lainnya. Perlu diketahui, bahwa harta kita di akhirat nanti adalah harta kita yang telah kita belanjakan di jalan Allah SWT selama kita di dunia. Karenanya bagi orang-orang yang imannya kuat, tidak akan sayang ketika hartanya harus dikeluarkan untuk kepentingan orang lain di jalan Allah (misalkan menyantuni anak-anak yatim, membantu pembenahan lingkungan hidup untuk kepentingan bersama, dan sebagainya). Orang yang beriman kuat tadi amat yakin bahwa harta yang telah dikeluarkannya itu akan diberi ganjaran yang berlipat oleh Allah SWT di akhirat nanti.

La ilaha ilallah, tiada Tuhan selain Allah, maka tiada tujuan akhir kita selain kembali kepada Allah. Allah telah menunjuki jalanNya untuk kembali kepadaNya, yaitu kitab suci Alquran dan sunnah nabi. Inti dari keduanya adalah bagaimana kita harus hidup dengan selaras dan seimbang. Setiap diri memiliki hak dan kewajiban, memiliki kekurangan dan kelebihan, memiliki sisi baik dan sisi jahat, semua harus dimanfaatkan untuk tetap istiqomah berjalan di jalanNya. Untuk berjalan di jalanNya, bukan kita tidak boleh marah (sisi jahat), tapi bagaimana membuat marah tersebut agar dapat mengingatkan diri atau orang lain untuk kembali ke jalanNya.

Maasyiral Muslimin Rahimakumullah

Islam adalah agama yang rahmatan lil ‘aalamiin, penebar rasa kasih dan sayang ke seluruh alam. Sebagaimana kaum mukmin paling sering mengucapkan ketika akan berbuat baik apapun, bismillahir rahmaanir rahiim, dengan nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Patut disayangkan, sebagian umat kurang memahami makna apalagi menjalankan dan membumikan sifat Allah tersebut.

Sebagai orang tua, kita harus memberikan kasih dan sayang kepada anak-anak kita. Kasih dan sayang tersebut berbeda makna dengan memanjakan dan menuruti apa saja permintaan anak. Kasih dan sayang kepada anak harus diwujudkan dengan pemberian lingkungan yang kondusif dan memberi pendidikan yang sesuai bagi perkembangan fisik dan jiwanya. Lingkungan dan pendidikan yang kondusif tidak dapat diciptakan sendiri, maka perlu kerja sama dan kepedulian dari orang lain, baik dari seluruh anggota keluarga, para tetangga, maupun masyarakat sekitar.

Sebagai anggota masyarakat, kita harus memberikan kasih dan sayang kepada lingkungan sekitar, baik para tetangga di lingkungan RT, RW hingga ke lingkungan kerja dan lingkungan pergaulan lainnya. Pemberian kasih dan sayang  paling utama adalah kepada tetangga terdekat, yaitu bagaimana kita memberi perhatian kepadanya, memberi bingkisan, memberi rasa aman, dan turut menjaga hak-hak mereka. Jika semua sudah berbuat hal baik seperti ini, maka insya Allah akan tercipta negara kita yang aman, tenteram dan damai.

Sebagai pekerja di suatu kantor, kita harus memberi kasih dan sayang terhadap sesama pegawai, bawahan dan atasan. Ada banyak hal yang dapat dilakukan untuk menebar kasih-sayang tersebut, misalkan dengan berbuat adil, penuh rasa toleransi dalam kebaikan, saling tolong-menolong, dan hindari kecurangan dan kemaksiatan meski hal itu sangat memungkinkan untuk dilakukan. Yakinkan diri bahwa Allah selalu bersama kita dan terus mengikuti tindak-tanduk kita.

Sebagai manusia, kitapun diminta sebagai penebar rasa kasih-sayang kepada sesama makhluk Allah, minimal menjaga kelestarian lingkungan hidup. Allah telah menciptakan dunia dan seisinya cukup untuk seluruh umat manusia, tapi tidak akan cukup untuk satu orang yang rakus. Karenanya Allah sangat membenci orang yang memiliki sifat tamak dan pelit. Dunia ini bukan milik kita tetapi merupakan titipan Allah untuk anak-cucu kita, karenanya kelestariannya harus terus dipertahankan sebagai warisan kepada keturunan-keturunan kita.

Maka, tidaklah pantas jika kita mewariskan dunia ini dengan kondisi yang kering-kerontang, dunia yang penuh pencemaran, baik di udara, air, maupun di daratan. Tidak pantaslah jika kita tinggalkan dunia ini dan kita wariskan kepada keturunan-keturunan kita dalam keadaan tandus, gersang, panas, kotor, rusak dan bau. Kita perlu berpikir sedikit saja untuk menjawab pertanyaan: “Pantaskah anak-cucu kita mendoakan kita ketika mereka hanya diwariskan keburukan-keburukan ?.”

Maasyiral Muslimin Rahimakumullah

Karenanya, saya mengingatkan diri saya pribadi dan para jamaah sekalian. Jika kita ingin didoakan generasi penerus kita, anak-cucu kita, maka mari kita wariskan mereka segala sesuatu yang baik-baik. Lingkungan hidup yang baik: air, udara, dan tanah yang bersih, tetangga yang baik-baik, lingkungan perumahan yang baik, dan di negara yang baik.

Pada pagi ini kita tiba di hari baik, di mana hati kita dalam keadaan bersih, dalam keadaan baik dan bersama-sama menghadap Allah Yang Maha Suci, yang memiliki berbagai kebaikan. Mari kita bermunajat atau bermohon kepadaNya agar kita senantiasa dijaga dari hal-hal yang dapat merusak nilai-nilai kebaikan yang telah kita jalin selama menjalani ibadah puasa di bulan Ramadhan yang baru saja kita tinggalkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar